Selasa, 14 Agustus 2012

Niat Olahraga, Dapat Sepeda Mahal

Pada hari ulang tahun Bhayangkara Tahun 2012 Kabupaten Rembang diadakan sepeda santai mengelilingi kota. Acara yang diselenggarakan oleh kesatuan Polisi itu diadakan untuk umum dan gratis. Sudah gratis, hadiahnya bajibun pula. Tiga sepeda motor, puluhan sepeda berbagai macam merek, televise, jam dinding, dan hadiah hiburan lainnya. Istri saya dan tiga orang anak saya ikut sepeda santai yang diselenggarakan hari Sabtu itu. Sebelumnya memang istri saya diberi tahu tetangga yang kebetulan suaminya seorang polisi. Untungnya di rumah ada tiga buah sepeda, jadinya semuanya ikut kecuali saya, karena saya mesti masuk kerja. Istri memboncengkan anak yang kecil, yang dua sudah SMP dan SD naik sepeda sendiri-sendiri. Dengan hadiah yang banyak itu, tentu kami berharap dapat hadiah utama, sepeda motor misalnya. Tapi buru-buru istri menimpali. “Sudahlah, tidak usah berharap banyak mendapat hadiah. Kita niati ikut sepeda santai ini untuk olah raga saja!” kata istri saya kepada anak-anak. Barangkali maksud istri saya, jika tidak dapat hadiah biar tidak kemrungsung. Tampaknya anak-anak mengiakan. Tapi di batin saya tetap berharap mendapat sepeda motor. Betapa senangnya jika benar mendapat sepeda motor. Acara sepeda santai berlalu dengan lancar. Saya di kantor hanya bisa berdoa, harap-harap cemas semoga dapat hadiah sepeda motor. Saya tidak merasakan, betapa melelahkan ikut sepeda santai. Terutama istri saya yang memboncengkan si kecil sambil menggiring anak-anak. Padahal rutenya cukup jauh. Waktu dzuhur telah tiba. Tiba-tiba saya dapat sms dari istri saya. “Mas, Alhamdulillah dapat hadiah sepeda!” Demikian SMS istri. “Alhamdulillah…..!” Ucap saya girang. Segera saya menelepon istri. “Bagaimana dik? Dapat Sepeda?” Tanyaku gembira. “Ya Mas. Nih sudah diambil!” “Ndak dapat sepeda motor?” Tanyaku setengah iseng. “Dapat sepeda sudah Alhamdulillah Mas!” “Okey. Alhamdulillah!” Ternyata kupon yang keluar milik anak saya yang kedua. Zahwa namanya, kelas Empat yang baru beberapa hari naik ke kelas lima. Hadiahnya sepeda merk Wim Cycle warna merah berjenis ‘kelamin’ laki-laki. Saya coba tawarkan untuk ditukar dengan sepeda perempuan, ia tidak mau. Katanya lebih asyik. Hadiah sepeda itu menjadi semacam hadiah untuk kenaikan kelas Zahwa. Ngomong-ngomong, sebenarnya istri saya sudah merencanakan untuk menjual dua dari tiga sepeda, untuk kemudian dibelikan sepeda yang lebih baik. Tujuannya agar lebih layak dipakai Zahwa ke sekolah. Karena selama ini Zahwa bersemangat naik sepeda sendiri ke sekolah, tidak lagi saya antar. Tapi Allah SWT telah memberikan rizki untuk Zahwa sepeda baru yang harganya berkisar Rp. 1.750.000,- itu. Saya lantas ingat ucapan istri saya sebelumnya. “Kita ikut sepeda santai diniati olah raga saja!” Niat yang baik ternyata berbuah hadiah sepeda yang bagus. Alhamdulillah. (Ali Shodiqin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja

SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...