Bertahun-tahun Said melakukan itu sendirian. Walaupun tanpa ada yang membayar sepeserpun. Sebuah pekerjaan kasar, tukang kebun, memangkas pohon kehidupan dan akhlak serta rajin menyiraminya. Agar kelak menjadi pohon peneduh masyarakat dunia akherat.
Sebulan yang lalu, ia masih sendirian melakukan semua itu. Keadaan berubah total sejak ada pengumuman dari penguasa, bahwa tukang pangkas mendapat tunjangan dan penghargaan.
Tukang kebun pun menjadi buah bibir, bak selebritis. Tidak lama kemudian, berpuluh-puluh orang, bahkan ratusan orang berduyun-duyun turut membantu Said. Tidak itu saja, sebagian dari pekerjaan Said diambil!
Orang yang tidak ahli memelihara tunas masyarakat menjadikan tanaman negeri tidak karuan, bahkan ada yang rusak. Air untuk menyiram pun beragam. Ada yang memakai air bersih, ada yang bercampur comberan, ada pula yang bercampur bahan kimia.
Penguasa bangga-bangga saja berbagi tunjangan untuk mereka walaupun jumlahnya membengkak. Tapi sayang, pemangkas dan penyiram tanaman karbitan bisa merusak tanaman. (Ali Shodiqin)
Ini situs CERPEN HEBAT. Sudah cerita pendek, Hemat, hebat lagi! Dari yang sedikit ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada semua pembaca.CERPEN HEMAT CERPEN HEBAT, CERPEN HEBAT CERPEN HEMAT, Benar-Benar CERPEN HEBAT.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja
SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...
-
Di tengah kampung yang padat, Sutini merawat dua anaknya, laki dan perempuan. Sang suami kerja di perantauan, pulang dua bulan sekali. Hari-...
-
Menganggur setelah menikah tentu bukan pilihan yang bagus. Termasuk Fandi yang istrinya telah hamil. Merasa memiliki tanggungan dan malu kep...
-
Bertahun-tahun Said melakukan itu sendirian. Walaupun tanpa ada yang membayar sepeserpun. Sebuah pekerjaan kasar, tukang kebun, memangkas po...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar