Sabtu, 24 Juli 2010

Lima Peluit

Pagi itu Harno benar-benar perlu uang. Tidak banyak, hanya lima ribu rupiah. Tapi yang namanya lagi tidak ada, tetap saja tidak mudah mencarinya. Mau pinjam saudara, tidak biasa. Mau pinjam teman, harus pilih-pilih.

Sejurus kemudian ia teringat Karjo, temannya yang kerjanya di jalanan. Ia segera ke sana.

”Jo, aku butuh uang lima ribu, nih. Bisa membantuku?” Harno mengutarakan maksudnya begitu ketemu Karjo.

Karjo tidak segera menjawab. ”Tunggu dulu, beberapa tiupan peluitku akan menjawab hajatmu!”

Harno menunggu di trotoar, melihat ulah Karjo.

”Priiit.....!” Suara peluit dari Karjo. Seperti pesulap, tangan Karjo bisa menghalau mobil, maju maupun mundur.

”Priit....!” Sekali lagi mobil pindah tempat, dan berlalu.

“Priit…!” Untuk ketiga kalinya mobil mewah dihalaunya.

Sesaat kemudian.

”Ini uang yang kau inginkan!” kata Karjo sambil menyerahkan beberapa lembar uang yang berjumlah lima ribu. ”Ini hasil lima peluitku. Terimalah!”

Harno tersenyum gembira.

“Terima kasih, Jo. Makasih!”

Harno kembali pulang, hendak membeli sekilo beras. Sementara Karjo kembali sibuk dengan peluitnya, mengatur mobil di arena parkir. (Ali Shodiqin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja

SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...