Selasa, 07 Agustus 2012

ADA TERORIS !!!

Senja itu, Payjo baru saja pulang dari extrakurikuler Pramuka. Habis ganti baju dan menaruh topi pramuka di kamarnya, dia mengawasi pemandangan di luar rumah lewat jendela kaca. Alangkah terkejutnya Payjo, seorang laki-laki dengan gelagat yang mencurigakan keluar dari rumah kos-kosan Bu Tonah, tetangganya. Bagaimana tidak curiga, wajahnya sangar, matanya mengamati kesana kemari, membawa tas ransel yang cukup besar dan bawa sebuah tongkat panjang. Lelaki misterius! Batin Payjo. Maklum, Payjo yang suka nonton berita di TV dan koran itu, pikirannya langsung tertuju pada peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia. Antara lain yang mengemuka adalah soal pelaku yang hidup di kos-kosan atau rumah kontrakan, membawa ransel atau tas berat, tampak canggung, dll. Menurut hati kecilnya Payjo, yang namanya teroris pasti wajahnya juga sangar dan tidak bersahabat. Malam itu, sekitar jam sembilan, Payjo menunggu dua temannya, Ngusman dan Topa. Mereka sepakat untuk menyelidiki keberadaan seorang teroris di RT nya. Usai magrib tadi, Payjo langsung mendatangi dua sahabatnya yang sama-sama kelas lima SD tersebut. Dan rupanya dua karibnya itu sama-sama peduli untuk mengamankan wilayahnya dari gangguan teroris. "Hai Jo!" Teriak Ngusman dari kejauhan. Ngusman tampak terburu-buru diikuti Topa dibelakangnya. "Kok bersemangat sekali!" kata Payjo setelah mereka mendekat. "Ssst! Kita harus bersemangat! Kita harus sungguh-sungguh menumpas teroris!" Sahut Ngusman berapi-api. "Betul!" Topa menimpali. "Trus, darimana kita mulai?" Tanya Payjo. "Tentu saja dari kos-kosan Bu Tonah!" Jawab Ngusman. "Bagus! Kita bisa pura-pura mencari seseorang!" Ujar Topa. Dengan rasa was-was, mereka bertiga mendekati rumah Bu Tonah. Entah apa yang ada di benak mereka. Takut bom meledak kali? Kedatangan mereka bertiga bikin Bu Tonah heran. "Tumben, kalian mau cari kos-kosan, ya?" Tanya Bu Tonah setengah meledek. "Hanya mampir, Bu!" Kata Payjo garuk-garuk kepala. Linglung, darimana harus memulai. "Begini Bu!" Akhirnya Ngusman yang maju. "Kami ingin tahu, siapa sih orang bawa ransel yang kos di sini? Soalnya saya pernah disapanya, dan.... apa ya?..... saya penasaran, gitu lho!" "Oo, dia toh. Orang dari mana ya?" Bu Tonah balik bertanya. "Dia meninggalkan KTP buat Bu Tonah?" Tanya Topa kemudian. "Oh iya! Aku ambilkan!" Bu Tonah beranjak ke kamarnya tanpa curiga sedikitpun. Sejurus kemudian dia keluar sambil membawa sehelai KTP foto kopian. Tiga anak itu mengamati KTP dengan seksama. "Betul! Ini dia orangnya!" Seru Payjo penuh semangat empat lima, bikin Bu Tonah kaget saja. "Kok serius amir? Ada apa sih?" Bu Tonah terheran-heran. "Maaf Bu Tonah. Di sini sarang teroris!" Jawab Ngusman dengan mimik tegang. Bu Tonah yang sejak tadi jongkok karena ikut menyaksikan KTP sontak terduduk karena kaget. Tiga anak itu saling pandang melihat Bu Tonah 'semlengeran'. Segera Payjo mengambilkan air minum dari dapurnya Bu Tonah sendiri. Setelah lega, barulah mereka memberi pengertian. "Begini Bu Tonah. Kami baru menduga saja jika orang itu teroris. Soalnya dia membawa ransel dan tongkat segala!" Kata Payjo. "Ransel?" Bu Tonah tampak keheranan. "Coba lihat itu ranselnya!" Bu Tonah menunjuk sebuah keranjang mirip ransel yang digantungkan di pojok ruangan. "Dia memang baru beberapa hari disini. Tapi saya mengizinkan salah satu ranselnya ditaruh saja di pojok ruangan rumah ini!" Kata Bu Tonah lagi. Payjo diikuti oleh Ngusman dan Topa mendekati ransel dengan was-was. Tampak ransel itu bergoyang pelan. "Kok seperti ada sesuatu di dalamnya, Bu Tonah?" Tanya Payjo deg-degan. Payjo membayangkan yang bergerak-gerak itu adalah semacam pemantik bom atau semacamnya. "Sebenarnya itu keranjang yang dibungkus kain berisi kecoak, Jo! Pemiliknya itu setiap malam mencari binatang kecoak!" Bu Tonah menjelaskan. “Pencari kecoak?” Payjo, Ngusman dan Topa saling pandang. Tampak muka Payjo merah delima karena malu. Ternyata, dugaan yang asal-asalan bisa bikin malu sendiri. "Permisi, Bu!" Kata Payjo tanpa melihat tampang Bu Tonah yang makin lama makin bingung itu. "Bagaimana dengan terorisnya?" Tanya Bu Tonah sambil mengikuti mereka keluar. Mereka bertiga sudah melangkah jauh dari Rumah Bu Tonah. Hanya Topa yang berbalik ke arah Bu Tonah. Sesaat setelah diberi penjelasan oleh Topa, terdengarlah tawa keras Bu Tonah memecah kesunyian malam. (Kang Diqin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja

SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...