Senin, 26 April 2010

Habis-Habisan

Borin hanya punya satu obsesi, ia ingin jadi orang yang terpilih di mata Pak Lurah. Ia ingin dipilih jadi menantu, atau jadi pegawai di kantornya.

Segala upaya telah dilakukan. Penampilannya rapi dan menarik. Tutur katanya teratur dan terencana. Yang lebih extrim lagi, Borin suka mengirim oleh-oleh kepada keluarga Pak Lurah.

Apa yang terjadi kemudian? Pak Lurah yang semula ramah, kini menjadi sosok yang cuek. Semakin lama Borin memberi, Pak Lurah semakin menjauh. Bahkan kini Pak Lurah sudah tidak mau menemuinya.

”Pak Lurah, kenapa engkau makin tidak peduli? Aku sudah habis-habisan!”

Tak ada jawaban. Sepucuk surat melayang di rumah Borin.

“Aku tidak akan peduli kamu lagi. Kau telah membeli kepedulianku dengan harta!”

(Ali Shodiqin)

Rumah Yang Buruk

Petualangan Karno ke berbagai kota membuat dirinya menjadi pribadi yang percaya diri. Pengalamannya dalam berbagai bidang pekerjaan sangat menguntungkan. Pekerjaan terakhir Karno menjadi staf seorang kontraktor di kota kelahirannya.

Tampaknya keberuntungan belum memihaknya. Ia melihat dengan mata kepala akan kecurangan yang dilakukan bosnya terhadap mitra. Anehnya, kecurangan itu juga dilakukan anak buahnya terhadap bosnya. Ia melihat kelimpahan harta pada diri bos dan anak buahnya yang sama-sama curang.

Suatu hari alangkah terkejutnya Karno, ia mendapati bosnya sedang mengecat rumahnya dengan kotoran sapi yang busuk. Karno tidak berani mendekat, tapi segera datang ke rumah temannya untuk diberitahu.

Ternyata semua kawan sekantornya berbuat sama, pada mengecat rumahnya dengan kotoran sapi. Terasa ia mau muntah, segera Karno lari pulang ke gubuk reotnya. Rumah reot namun wangi. (Ali Shodiqin)

Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja

SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...