Jumat, 14 Januari 2011

Sebuah Pencarian

Kampung saya banyak sekali orang-orang yang belajar ilmu beladiri. Hampir separo pria di kampung ini adalah pesilat. Resiko dari perkampungan silat adalah banyaknya pertandingan silat. Entah itu yang resmi lomba maupun semacam pertandingan adu kekuatan antar kelompok.

Siang ini saya terjebak pada sebuah pertandingan, lebih tepatnya sebuah pertengkaran, antara dua orang yang memperebutkan uang banyak. Uang itu adalah hasil dari teman-temannya yang mengadunya layaknya ayam jantan.

Dua pria itu kekuatannya seimbang. Saling tendang sudah berlangsung hampir satu jam, namun belum ada yang menampakkan kemenangan. Pada akhirnya, harus ada juga yang kalah. Salah satu dari mereka tumbang dan menyerah.

Yang menang pun membawa segebok uang. Cukup untuk makan setengah tahun tanpa harus bekerja. Yang kalah dipapah pergi dari tempat laknat itu. Saya pun terpaksa memapah yang menang juga, karena pada akhirnya ia loyo dan jatuh juga setelah semuanya pergi.

Sesampai di rumahnya, sang jagoan jatuh sakit. ”Sepertinya tidak ada artinya aku menang. Uang ini kau bawa saja, untukmu dan untuk orang-orang lain yang membutuhkannya.”

”Lho Pak, setelah kau bersusah payah merebutnya, uang ini untuk orang lain?” Tanyaku panik.

”Benar! Siapa saja yang mengumpulkan harta, pada akhirnya harta itu untuk orang lain juga!”

Tidak lama kemudian sang jagoan meninggal. Luka dalam!

Saya tercenung dengan pesan terakhir Pak Jagoan. Dengan susah payah harta dikumpulkan, ditumpuk saja, toh pada akhirnya orang sesudahnya yang menikmati. Alangkah ruginya jika harta itu dipakai foya-foya orang lain tanpa pernah diamalkan pemilik sebelumnya. Beruntunglah Pak Jagoan, telah menyampaikan pesan luhur ini sebelum ajalnya.

(Ali Shodiqin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja

SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...