AKU terpaku di kursi mendengarkan penjelasannya. Pada Senin tanggal Sembilan Mei ini, teman yang baik sekaligus kepala kantor saya, kembali menjelaskan bahwa usaha air minum milik sang paman yang hendak dikendalikannya akan menuai sukses. Ia memperkirakan, jika mampu melayani kebutuhan air minum di dalam kota, itu sudah cukup menjadi pertanda bahwa usahanya akan sukses.
SIANG bolong begini masih suka bermimpi kosong? Atau benar mimpi yang berdasarkan perhitungan realistis?
“O, ini realistis! Ada hitungannya. Saya sangat memahami kinerjanya!” Ia menegaskan penuh percaya diri. Sebuah sikap yang ditularkan oleh Pamannya yang saya kenal memiliki mimpi yang luar biasa.
“HMM, memang sukses itu harus diawali dengan mimpi!” Timpalku. Sebelum saya diterima kerja di perusahaan ini saya sempat ditanya mimpiku. Ketika saya mengelak tidak ingin mudah bermimpi, ternyata ia mendesakku agar aku punya mimpi. “Kamu harus punya mimpi!” begitu suaranya kembali terngiang.
“INSYA ALLAH bisa! Bahkan masing-masing manager diberi fasilitas mobil pun Insya Allah bisa!” Katanya makin berapi-api sambil menunjukkan alur rencana kerja yang kira-kira akan dilakukan.
“Jika kita merasakan, sebenarnya apa yang kita alami saat ini adalah karena mimpi-mimpi kita dulu!” Kataku kemudian.
Ia tersenyum membenarkan. Sebagian peristiwa yang terjadi saat ini adalah sebagaimana mimpi-mimpi masa lalu.
“Tapi ini semua baru sebuah rencana. Tapi rencana yang realistis. Soal nanti bisa melaksanakan atau tidak itu saya belum tahu!” Sang manager pun mulai merendah karena takut sombong. Ia paham betul bahwa hanya Allah lah pemegang kendali hidup ini.
“Ya! Semoga bisnis air minum dalam kemasan ini sukses!”
(Ali Shodiqin)
Ini situs CERPEN HEBAT. Sudah cerita pendek, Hemat, hebat lagi! Dari yang sedikit ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada semua pembaca.CERPEN HEMAT CERPEN HEBAT, CERPEN HEBAT CERPEN HEMAT, Benar-Benar CERPEN HEBAT.
Senin, 30 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Usia SMA/SMK : 4 Strategi Orang Tua Kuatkan Komunikasi dengan Remaja
SAHABAT KELUARGA- “Ide bahwa anak adalah sumber pasif yang mudah dibentuk oleh orangtua mereka adalah hal yang terlalu dibesar-besarkan...
-
Di tengah kampung yang padat, Sutini merawat dua anaknya, laki dan perempuan. Sang suami kerja di perantauan, pulang dua bulan sekali. Hari-...
-
Menganggur setelah menikah tentu bukan pilihan yang bagus. Termasuk Fandi yang istrinya telah hamil. Merasa memiliki tanggungan dan malu kep...
-
Senja itu, Payjo baru saja pulang dari extrakurikuler Pramuka. Habis ganti baju dan menaruh topi pramuka di kamarnya, dia mengawasi pemandan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar